Teori Belajar Humanistik/Sosial
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Secara luas, teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik.
Salah satu teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Deskripsi di atas menunjukkan betapa pentingnya mendeskripsikan dan mengkaji teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran di tengah kegagalan pendidikan di Indonesia yang lebih mementingkan dan hanya menjadikan aspek kognitif sebagai acuan terbesar dalam mengukur kualitas pendidikan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari teori humanisme ?
2. Apakah prinsip-prinsip belajar humanisme ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh dalam teori belajar humanisme?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan teori belajar humanisme?
5. Bagaimana penerapan teori belajar humanisme dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori humanisme.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar humanisme.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam teori belajar humanisme.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanisme.
5. Untuk mengetahui penerapan teori belajar humanisme dalam pembelajaran.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Humanisme
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. (Uno, 2006: 13)
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan ma salah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan. Pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini. (Uno, 2006: 13).
Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
2.2 Prinsip Teori Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya
7. Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993: 64)
Baca : Negara dan Konstitusi
Menurut (Sani,2013:35) prinsip-prinsip belajar humanisme adalah :
1. Manusia mempunyai cara belajar alami.
2. Belajar terjadi secara signifikan jika materi pelajaran dirasakan mempunyai relevan dengan maksud tertentu.
3. Belajar menyangkut perubahan dalam persepsi mengenal diri peserta didik.
4. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya.
5. Belajar akan berjalan lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.Belajar yang melibatkan peserta didik dapat memberi hasil yang mendalam.
6. Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
7. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2.3 Tokoh-tokoh pada Humanistik Teori
1. Bloom dan Krathwohl
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa,yang tercakup dalam tiga kawasan :
a) Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan,yaitu :
· Pengetahuan (mengingat,menghafal)
· Pemahaman (menginterprestasikan)
· Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
· Analisis (menjabarkan suatu konsep)
· Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
· Evaluasi (membandingkan nilai,ide,metode,dan sebagainya)
b) Psikomotorik
Psikomotorik terdiri dari 5 tingkatan yaitu :
· Peniruan (menirukan gerak)
· Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
· Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
· Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
· Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c) Afektif
Afektif terdiri dari 5 tingkatan yaitu :
· Pengenalan (ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu)
· Merespons (aktif berpartisipasi)
· Penghargaan (menerima nilai-nilai,setia kepada nilai tertentu)
· Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
· Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagia dari pola hidup)
(Uno,2006:58-59)
2. Kolb
Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap yaitu :
a) Pengalaman konkret
Pada tahap ini,seorang siswa hanya mampu sekadar ikut suatu kejadian.Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut.Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.
b) Pengamatan aktif dan reflektif
Pada tahap kedua,siswa lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadia itu,serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
c) Konseptualisasi
Pada tahap ini,siswa mulai belajar untuk abstarksi atau “teori” tentang sesuatu hal yang pernah diamatinya.Siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.
d) Eksperimentasi aktif
Siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum situasi yang baru.Dalam dunia matematika misalnya, siswa tidak hanya memahami “asal usul” sebuah rumus,tetapi ia juga memakai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang beluum pernah ia temui sebelumnya.(Uno,2006:60)
3. Honey dan Mumford
Berdasarkan teori Kolb ini,Honey dann Mumford membuat penggolongan siswa.Menurut mereka,ada 4 macam atau tipe siswa yakni :
a. Aktivis
Ciri-ciri siswa yang bertipe aktivis adalah siswa suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru,cenderung berpikiran terbuka,mudah diajak berdialog.Dalam proses belajar,mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru,seperti problem solving.Akan tetapi,mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dalam implementasi.
b. Reflektor
Ciri-ciri siswa yang bertipe reflector adalah cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.
c. Teoris
Ciri-ciri siswa yang bertipe teoris adalah sangat kritis,senang menganalisis,dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.
d. Pragmatis
Ciri-ciri siswa yang bertipe pragmatis adalah menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal. (Uno,2006:61)
4. Habermas
Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian yaitu :
a. Belajar teknis
Siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam sekelilingnya. Meraka beusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis
Pada tahap ini,lebih dipentingkan adalah interaksi antara dia dengan orang-orang di sekelilingnya.Pemahaman terhadap alam justru releva jika dan hanya jika berkaitan denga kepentingan manusia.
c. Belajar emansipatoris
Siswa berusaha mecapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan.
5. Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:
· belajar yang bermakna
· belajar yang tidak bermakna.
Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Baca : Keterampilan Dasar Mengajar
6. Maslow
Menurut Abraham Maslow,individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis.Setiap individu mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berkembang,takut untuk mengambil keputusan,takut membahayakan apa yang sudah ia miliki.Individu juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan,keunikan diri, berfungsinya semua kemampuan, kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Pembelajaran humanisme cenderung mendorong peserta didik untuk berpikir induktif,yakni dari contoh ke konsep,dari konkret ke abstrak,atau dari khusus ke umum.Teori ini mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar.Pembelajaran berdasarkan teori humanism ini cocok untuk diterapkan untuk pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,dan analisis terhadap fenomena sosial (Sani,2013:38-39).
2.4 Kelebihan dan kelemahan Teori Belajar Humanistik
a. Kelebihan
1. Tumbuhnya kreatifitas peserta didik
Dengan belajar aktif dan mengenali diri maka kreatifitas ang sesuai dengan karakternya akan muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan muncul keragaman karya. Jika berlanjut kepada nilai jual misalnya maka itu juga akan menambah pemasukan atau paling tidak ada perasaan senang karena karyanya dihargai.
2. Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangan belajarnya
Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam diri peserta didik untuk belajar. Hal inilah yang membuat pikirannya terasah untuk menemukan pengetahuan baru.
3. Tugas guru berkurang
Dengan peserta didik yang melibatkan dirinya dalam proses belajar itu juga akan mengurangi tugas guru karena guru hanylah failisator peserta didik. Guru tidak lagi memberikan ‘ceramah’ yang panjang, cukup dengan memberikan pengarahan-pengarahan.
4. Mendekatkan satu dengan yang lainnya
Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan antar keduanya. Seringnya berkomunikasi akan menciptakan suasana yang nyaman karena peserta didik tidak merasa takut atau tertekan. Begitupun antar peserta didik. Berdiskusi atau belajar kelompok akan membuat persahabatan semakin erat, memahami satu sama lain, menghargai perbedaan dan menumbuhkan rasa tolong menolong.
5. Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
b. Kelemahan
1. Pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran
Guru biasanya tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga peserta didik yang kurang referensi akan kesulitan untuk belajar.
2. Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan
Misal saja guru menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai kelompok, pasti ada beberapa peserta didik yang mengandalkan teman atau tidak mau bekerja sama.
3. Pemusatan pikiran akan berkurang
Dalam hal ini guru tidak sepenuhnya mengawasi karena system belajar yang seperti ini adalah siswa yang berperan aktif menggali potensi, sehingga peserta didik akan memanfaatkan keadaan yang ada. Misal dalam mencari referensi menggunakan internet peserta didik malah bermain game atau mengaktifkan akun sosial media. Secara otomatis pemusatan pikiran dalam belajar akan terganggu.
4. Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi
Dalam pembuatan tugas peserta didik yang malas akan berinisiatif mengcopy pekerjaan temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru maupun temannya.
5. Bersifat individual
Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
6. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar. Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh teman-temannya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan memberikan respons bila murid yang diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
2.5 Aplikasi Teori Belajar Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Guru yang bertindak sebagai fasilitator sebaiknya memiliki kriteria berikut:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Baca : Epistemologi Tasawuf
Ciri-ciri guru yang fasilitatif
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Dalam teori ini terdapat istilah mengenai guru yang baik dan kurang baik. Yakni:
1. Guru yang baik menurut teori ini adalah :
Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
2. Guru yang tidak efektif adalah :
Guru yang memiliki rasa humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
2. Prinip teori humanistik adalah mengedepankan proses belajar siswa sesuai dengan yang diinginkan tanpa ada unsur pemaksaan.
3. Tokoh dalam teori ini adalah C. Roger, Arthur Comb, Bloom dan Krathwohl, Maslow, Carl Rogers dan Habermas.
4. Kelebihan : Sangat cocok untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial ; siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. ; dan siswa menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
Kekurangan : Kurang cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif; siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri ; peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang.
5. Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai fasilitator.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang mengkhususkan diri dalam bidang pendidikan, berbagai teori belajar patutnya dikaji lebih dalam agar dalam mencapai impian, dapat diraih kemudahan dan menjadikan profesionalisme dalam menjalani profesi yang ditekuni nanti, karena teori belajar selalu berkembang sesuai perkembangan zaman dan seorang guru terus mengikuti perkembangan teori belajar mengingat besarnya pengaruh yang dibawanya dalam menetapkan sikap guru dalam setiap proses belajar mengajar.
Daftar Rujukan
Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Hadis, Abdul.2016. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi aksara,
0 Response to "Teori Belajar Humanistik - Sosial"
Post a Comment