Orientasi Psikologis Yang Mempengaruhi Filsafat Pendidikan


ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN 


PENDAHULUAN 

A. Latar belakang 

Orientasi filosofis yang digambarkan pada bagian sebelumnya, beberapa aliran psikologis telah membentuk basis untuk filsafat pendidikan khususnya dalam pengajaran. Teori-teori psikologi merupakan pandangan-pandangan dunia yang komprehensif sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran. Orientasi-orientasi pengajaran pada pokoknya berhubungan dengan pemahaman kondisi- kondisi yang di asosiasikan dengan pengajaran efektif. Dengan kata lain, apa yang memotifasi siswa untuk belajar? Lingkungan-lingkungan apa yang paling kondusif untuk belajar? Yang utama di antara orientasi-orientasi psikologis yang telah mempengaruhi filsafat pengajaran adalah psikologi humanistic, behavioristik, dan konstruktivistik.
Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang. Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu berobyek formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar. 

Dalam proses belajar dan pembelajaran didunia pendidikan, individu memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda satu sama lain. 

A. Rumusan Masalah 

1. Pengertian teori psikologi 

2. Teori-teori sikologi yang mempengaruhi filsafat pendidikan islam 

3. Tujuan sikologi filsafat pendidikan islam 


PEMBAHASAN 

1. Pengertian teori sikologi 

Psikologi berasal dari dua kata bahasa yunani psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, secara harfiah psikologi dapat diartikan yaitu ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Menurut Branca ( dalam khodijah, 2006:2 ) menyatakaan bahwa psikologi sebagai ilmu tentang perilaku. 

Menurut Woodworth dan Marquis ( dalam khodijah, 2006: 2) , menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas individu, baik aktivitas motorik, kognitif maupun emosinonal. Definisi ini, lebih bersifat praktis karena langsung mengarah pada aktivitas kongkrit yang dilakukan manusia sebagai manifestasi kondisi kejiwaannya. 

Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia, jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar, karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri (Pidarta, 2007) 

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu.[1]


2. Teori-teori sikologi yang mempengaruhi filsafat pendidikan islam 

A. Psikologi Humanistik 

Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung jawab personal. Sebagaimana yang dinyatakan secara tidak langsung oleh tma itu, psikologi humanism juga memfokuskan pada prestasi, motivasi, perasaan, tindakan dan kebutuhan, dan kebutuhan akan umat manusia. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri individual. 

Psikologi humanistic diperoleh dari filsafat humanisme, yang berkembang selama Renaissance di Eropa dan reformasi protestan yang didasarkan pada keyakinan bahwa individu-individu mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka. Orang-orang “membentuk diri mereka sendiri.” Istilah “humanisme sekuler” merujuk pada keyakinan yang berkaitan secara erat di mana kondisi-kondisi keberadaan manusia berhubungan dengan hakekat manusia dan tindakan manusia bukannya pada taqdir atau intervensi tuhan. 

Akhir dari perkembangan pribadi manusia adalah mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi, bagi kehidupan dirinya dan lingkungannya. 

Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila peserta didik / si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain peserta didik / sipembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.[2]

Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. 

Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini .Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan belajar. 

Secara singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.[3]

Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut ( dalam Baharudin & Wahyuni, 2008 ) : 

Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik. 

Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui. 

Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu sosial. 

Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain 

Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu. 

Untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik 

Partisipasi peserta didik sangat dominan 

Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan 

Dengan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kedudukan teori belajar dijadikan sumber inspirasi di dalam pengembangan model pembelajaran, terutama di dalam penetapan tingkah laku yang harus dikuasai peserta didik, karakteristik peserta didik, kondisi-kondisi pembelajaran yang harus dirancang, beserta berbagai fasilitas belajar yang dapat memperkuat pengalaman belajar peserta didik. 

Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah, diharapkan proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan. Sebuah obsesi bahwa pada suatu saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu teknologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya (Prawiradilaga, 2008). Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Dalam pengembangan teknologi pendidikan diperlukan teori psikologi ( psikologi pendidikan dan psikologi belajar). Karena subjek dari teknologi pendidikan adalah manusia ( peserta didik ). 

Berikut aplikasi teori psikologi pendidikan dan psikologi belajar dalam teknologi pendidikan , yaitu : 

Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan teknologi pendidikan. 

Oleh sebab itu, dalam pengembangan teknologi pendidikan yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan teknologi pendidikan. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara / metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar. 

Selain itu aplikasi psikologi pendidikan dalam teknologi pendidikan adalah yang menyangkut dengan aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar. Secara psikologis, manusia adalah mahluk individual namun juga sebagai makhluk social dengan kata lain manusia itu sebagai makhluk yang unik. Maka dari itu kajian teori dalam psikologi dalam Teknologi pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu lainnya. Dan strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu Teknologi Pendidikan. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian teori psikologi (baik psikologi pendidikan maupun psikologi belajar) terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang baik maka terlebih dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa. 


Tujuan filsafat pendidikan islam menurut pandangan humanisme yang diiktisarkan oleh mary johson (kartadinata, dalam dasar-dasar kependidikan, 1987:77), sebagai berikut: 

a) Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan perkembangan konsep diri dan system nilai. 

b) Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang memperhatikan factor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi. 

c) Perhatian kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih dan menentukan apa, kapan dan bagaimana ia belajar. 

d) Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri, mengambil dari memenuhi tanggung jawab secara efektif serta mampuh memilih tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. 

e) Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari kemarin. Pendidikan humanisti mencoba mengadaptasikan siawa terhadap perubahan-perubahan. Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, tentang bagaiman belajar, bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan di dalam kehidupan. 

B. Sikologi Behavioristik 

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. 

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. 

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. 

Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. 

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. 

Behavioristik didasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan merupakan produk desain bukannya kebetulan. Menurut kaum ini, suatu ilusi yang mengatakan bahwa manusia memiliki suatu keinginan yang bebas. Sekalipun kita mungkin bertindak seakan-akan kita bebas, perilaku kita mungkin bertindak seakan-akan kita bebas perilaku kita benar-benar ditentukan oleh tekanan-tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. 

Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Jadi Berdasarkan Teori Behaviorisme Pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. 

Menurut Baharudin & Wahyuni (2008:87) bahwa aliran Behavioristik memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon 

prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997): 

Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya 

Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya 

Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum 

Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negative. 

Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut : 

Perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan. 

Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga. 

Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu. 

Tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial. 

Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai. 

Untuk mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan. 

Peserta didik cenderung pasif. 

Kegiatan peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap demi setahap secara rinci. 

Metode pokoknya adalah pengajaran individual dimana para siswa melakukan proses dalam langkah mereka sendiri melalui modul-modul yang telah ia himpun. Modul-modul ini mencakup lima bidang utama yaitu: membaca, menulis, matematika, sains umum, dan ejaan huruf Al-Quran. 

Pendiri psikologi behavioristik yaitu: 

ü Jhon B.Watson (1878-1958) perintis psikologi behavioristik yang utama dan B.F Skinner (1904-1990) adalah promoter terkenalnya. 

C. Sikologi Konstruktivistik 

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah berbentuk (konstruksi) kita sendiri(VonGlaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. 

Berbeda dengan kedua teori yang ada diatas, teori ini memfokuskan pada proses-proses pembelajaran bukannya pada perilaku belajar. Sejak pertengahan tahun 1980-an, para peneliti telah berusaha untuk mengidentifikasi bagaimana para siswa mengkonstruksi /membentuk pemahaman mereka terhadap bahan yang mereka pelajari. Menurut konstruktivisme melalui proses-proses kognitif. 

Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehinggah mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. 

Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. 

Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. 

Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya : 

a) Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan. 

b) Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya. 

c) Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu. 

d) Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan. 

e) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. 

f) Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari. 

g) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik. 


Sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut : 

· Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu 

· Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi. 

· Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya. 

3. Tujuan Sikologi Filsafat Pendidikan Islam 

Tujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. 

Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut: 

1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan. 

2. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar. 

3. Teori dan proses belajar. 

4. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar. 

5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu. 

6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya. 

7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan. 

8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid. 

9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan. 

10.Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan belajar. 


PENUTUP 

A. Kesimpulan 

Landasan psikologi merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan. Landasan psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal. 

Dalam teknologi pendidikan diperlukan teori psikologi ( psikologi pendidikan dan psikologi belajar ), karena subjek dalam teknologi pendidikan adalah manusia ( peserta didik ). Setiap peserta didik memiliki karateristik tersendiri yang berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu diperlukanlah teori psikologi. Selain itu juga, dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang baik maka terlabih dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa. 

Baca : Profesi Guru

DAFTAR PUSTAKA 

Arifin, filsafat Pendidikan islam, ( jakarta:Bumi Aksara, 2004),hlm 26 

Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 186 

Dirgagunarsa Singgih, Pengantar Psikologi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1978),hlm 11 

Drs. Sadulloh Uyoh, M.Pd. pengantar filsafat pendidikan (Bandung: ALVABETA, 2011), hlm 175 

Rifai dkk, Psikologi Pendidikan. (Semarang: Unnes Press 2009),hlm 43 

Tj De Bali, The History of The Philosophy in Islam, New York, Dowh Publication Inc, 1967, 131 


[1].Arifin, filsafat Pendidikan islam, ( jakarta:Bumi Aksara, 2004),hlm 26 

[2] Ibid, Arifin, hlm 173 

[3] Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 186 

[4] Ibid, zuhairini dkk, hlm 190 

[5] Singgih.Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1978),hlm 11 

[6] Ibid, Singgih.Dirgagunarsa, hlm 13 

[7] Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd. pengantar filsafat pendidikan (Bandung: ALVABETA, 2011), hlm 175 

[8] Ibid, Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd. hlm 178 

[9] Rifai dkk, Psikologi Pendidikan. (Semarang: Unnes Press 2009),hlm 43 

[10] Ibid, Rifai dkk , hlm 45 

[11] De Bali Tj, The History of The Philosophy in Islam, New York, Dowh Publication Inc, 1967, 131

0 Response to "Orientasi Psikologis Yang Mempengaruhi Filsafat Pendidikan"

Post a Comment