Masa Keemasan Bani Umayyah dan Bani Abbasiah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Bahkan, kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.
Islam memang beda dari agama-agama lain. H.A.R Gibb didalam bukunya Whither Islam menyatakan, "Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization" (Islam sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa yang satu, bahasa Arab, sebagai bahasa administrasi. Semua ungkapan-ungkapan budaya juga diekspresikan melalui bahasa Arab, meskipun ketika itu bangsa-bangsa non-Arab juga sudah memulai berpartisipasi dalam membina suatu "kebudayaan" dan "peradaban". Sejarah politik dunia Islam dibagi menjadi tiga periode: pertama, periode klasik (650-1250 M); kedua, periode pertengahan (1250- 1800 M) dan ketiga, periode modern (1800 sampai sekarang). Pada periode pertama terjadi apa yang disebut dengan "masa keemasan" sejarah Islam. Sebagai masa keemasan, ia seringkali dijadikan tolok ukur dan rujukan keteladanan.
Islam memang beda dari agama-agama lain. H.A.R Gibb didalam bukunya Whither Islam menyatakan, "Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization" (Islam sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa yang satu, bahasa Arab, sebagai bahasa administrasi. Semua ungkapan-ungkapan budaya juga diekspresikan melalui bahasa Arab, meskipun ketika itu bangsa-bangsa non-Arab juga sudah memulai berpartisipasi dalam membina suatu "kebudayaan" dan "peradaban". Sejarah politik dunia Islam dibagi menjadi tiga periode: pertama, periode klasik (650-1250 M); kedua, periode pertengahan (1250- 1800 M) dan ketiga, periode modern (1800 sampai sekarang). Pada periode pertama terjadi apa yang disebut dengan "masa keemasan" sejarah Islam. Sebagai masa keemasan, ia seringkali dijadikan tolok ukur dan rujukan keteladanan.
Pembuatan makalah ini, dengan segala keterbatasannya mencoba menceritakan tentang Dinasti Umayyah II yang terletak di Spanyol dan juga Dinasti Abbasiyah. Beserta dengan masa keemasan yang dialami oleh Dinasti Umayyah II dan juga Dinasti Abbasiyah.
Baca : Pengantar Informatika
B. Rumusan Masalah
1. Kapan mulai didirikannya Dinasti Umayyah II di Spanyol?
2. Bagaimana perkembangan Islam yang terjadi di Spanyol?
3. Kapan mulai didirikannya Dinasti Abbasiyah?
4. Bagaimana perkembangan Islam yang dilakukan oleh pemimpin Dinasti Abbasiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Umayyah II di Spanyol.
2. Untuk mengetahui masa keemasan yang diperoleh pada Dinasti Umayyah II.
3. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah.
4. Untuk mengetahui masa keemasan yang dialami pada Dinasti Abbasiyah.
PEMBAHASAN
I. DINASTI BANI UMAYYAH II
A. SEJARAH BERDIRI
Khalifah Umayyah memulai perluasan Islam ke wilayah barat dimulai dari penaklukan Afrika Utara dan menyebrang ke Andalusia. Andalusia berhasil ditaklukkan pada tahun 711 M.[1] Bani Umayyah berkuasa pada tahun 756-1031 M di Spanyol (Andalusia dan Kordoba). Didirikan oleh Abdurrahman ibn Marwan. Sebelumnya, Spanyol sudah ditaklukkan oleh tiga pahlawan Islam, yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Spanyol dan kota-kota penting lainnya jatuh ke tangan umat Islam. Sejak saat itu secara politik, Spanyol berada di bawah kekuasaan Khalifah Bani Umayyah. Untuk memimpin wilayah tersebut, pemerintah pusat yang berada di Dimaskus mengangkat seorang panglima atau gubernur.
Ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa, keluarga Bani Umayyah ditangkap dan dibunuh namun ada yang berhasil meloloskan diri dari usaha pengejaran dan pembunuhan tersebut. Dialah Abdurahman ibn Marwan. Setelah berhasil melepaskan diri dari serangan Bani Abbasiayah, dia melarikan diri ke Spanyol atas perintah dari Yusuf bin Abdurrahman Al-Fikry (Umayyah I). Banyaknya pertentangan sesama kabilah Arab, membuat peluang Abdurrahman untuk menundukkan wilayah tersebut dan ia mendapat dukungan. Terjadi perlawanan antara Yusuf dan Abdurrahman yang kemudian dimenangkan Abdurrahman. Setelah itu, ia dapat mengalahkan Raja Roderick dan Ratu Julian dan berhasil mendirikan Kerajaan Umayyah II Andalusia dan bergelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol/ sang penakluk).[2]
B. MASA KEEMASAN DINASTI UMAYYAH II
Periode (755-912 M) Hisyam dikenal berjasa menegakkan hukum Islam, Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang militer. Ialah yang memprakarsai tentara bayaran. Abd Al-Rahman Al-Ausihat dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pada masa Abdurrahman an-Nashir (912-961 M) inilah dinasti bani Umayyah II mencapai puncak kejayaan dan masih dipertahankan di bawah kepemimpinan Hakam II al-Mustanshir (961-976 M).
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab, al-Muwalladun, Barbar, al-Shaqalibah, Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas tersebut kecuali Kristen memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.[3]
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan abad ke-9 M pada masa Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M). Atas inisiatif Al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Tokoh utama yang pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh terkenal dengan sebutan Ibn Bajjah. Masalah yang dikemukakan bersifat etis dan eskatologis. Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang Aristoteles yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid. [4]
b. Sains
Abbas ibn Farnas ahli dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentu-kan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibn Ibas ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudaranya perempuan Al-Hafidz adalah orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.[5]
c. Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol dikenal sebagai penganut Mazhab Maliki, karena diperkenalkan oleh Ziyad ibn Abd Al-Rahman.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara mencapai kecermelangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerin-tahan Islam. Hal tersebut dapat diterima oleh orang Islam dan Non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomerduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak ahli dan mahir dalam Bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa dan mulai banyak karya-karya sastra bermunculan. [6]
Baca : Definisi Kompetensi
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang diperhatikan sangat banyak oleh umat islam. Dalam bidang pertanian diperkenalkan sistem irigasi kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenalnya sebelumnya.
a. Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Kemudian dibangunlah jembatan besar di atas sungai yang mengalir ditengah kota. Dibangun juga sebuah Masjid Cordova pada tahun 786 M. di Cordova mempunyai sekitar 900 pemandian. [7] Masjid ini diubah menjadi katedral pada tahun 1236 M. Bangunan ini masih berdiri megah sampai sekarang dan terkenal dengan sebutan La Mesquita (Masjid).
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Disana berkumpulnya sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa.
3. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Kemajuan sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah, terutama pada masa Muhammad Ibn Abd Al-rahman (852-886) dan Al-Hakam II Al-Muntashir (961-976).
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk mengangani masalah pada Non-Islam diberi hakim khusus agar dapat menyelesaikan sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Dengan rasa toleransi tersebut dapat membuat berbagai komunitas dapat bekerja sama dan menyumbang kelebihan masing-masing.[8]
C. PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahan-kan hukum dan adat. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sedangkan umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Dalam politik Bani Umayyah apabila masyarakat Spanyol masuk Islam oleh orang-orang Arab tidak pernah menerimannya hingga abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mu’alaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Kemudian kelompok etnis.
3. Kesulitan Ekonomi
Pada masa Islam, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini yang menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Gradana yang merupakan pusat kekuasaan Islam yang terakhir jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan
Sebagai kota Islam, Spanyol bagaikan terpencil dari dunia islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen.[9]
II. DINASTI BANI ABBASIYAH
A. SEJARAH BERDIRI
Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah didirikan karena melanjutkan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti tersebut adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Berkuasa pada tahun 750-1258 M.[10] Dengan berdirinya pemerintahan Abbasiyah, pusat pemerintahan dipindahkan dari Damaskus ke Baghdad.
Apabila diperhatikan karakter Bani Abbassiyah berbeda dengan Bani Umayyah, karena Bani Abbasiyah mendapat pengaruh dari Persia dan dapat melunakkan kekerasan dari kehidupan Arabbia yang primitive itu, dan membuka jalan bagi suatu zaman baru yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan pengajaran ilmu pengetahuan. Hanya di dalam dua bidang Arabia mempertahankan miliknya. Islam tetap sebagai agama Negara dan bahasa Arab tetap menjadi bahasa resmi Negara. Ciri lain yang menonjol dari revolusi Abbasiyah ialah munculnya Negara Islam yang berbeda dengan Negara Arab, yang didalamnya semua unsur penduduk memperoleh bagian di dalam kekuasaan. Hal itu memberikan pengaruh praktis terhadap pernyataan demokrasi tantang persamaan dan persaudaraan mereka. Diterimanya prinsip dasar tentang persamaan ras ini di antara seluruh rakyat membantu para penguasa zaman pertama dari keluarga Abbasiyah untuk membangun suatu struktur yang berlangsung tanpa suatu persaingan selama lebih dari lima abad.[11]
B. MASA KEEMASAN DINASTI ABBASIYAH
Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang dimiliki Khalifah Harun Al-Rasyid digunakan untuk kepentingan sosial seperti: lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasan. Masa pemerintahan Abbasiyah sering dikatakan sebagai zaman keemasan Islam.
1. Bidang Administrasi dan Pemerintahan
Pada masa Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) memindahkan ibukota negara yang awalnya Al-Hasyimiyah menjadi ke kota yang baru dibangunnya Bagdad pada tahun 762 M. Di ibu kota yang baru ini Al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban peme-rintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduk jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di dalam peme-rintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir (perdana menteri) sebagai koordinator departemen, membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dewan penyelidik keluhan, dan kepolisisan negara disamping membenahi angkatan bersenjata.[12]
2. Bidang Perdagangan
Pada masa Al-Mahdi (775-785 M) perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian, malalui irigasi dan peningkatan hasil penambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi. [13]
3. Bidang Pendidikan
Ketika pada masa Al-Ma’mun (813-833 M) dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahnya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga banyak men-dirikan sekolah salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pemabngunan Baitul Hikmah (akademi ilmu dan peradaban), pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Bidang Militer
Al-Mu’tashim (833-842 M) memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktik orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.
5. Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Bani Abbasiyah ini terdapat empat mazhab, yang petama Imam Abu Hanifah (700-767 M) mazhab ini banyak lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadis. Berbeda dengan Imam Maliki (713-795 M) banyak mengandung hadis dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh itu di tengahi oleh Imam Syafi’i (767-820 M) dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M). Terdapat pula aliran-aliran seperti Khawarij, Murjiah, dan Mu’tazilah.
Al-Fazari terkenal dalam bidang astronomi sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolabe dan terkenal karena ia menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Al-Razi dan Ibn Sina dikenal dalam bidang kedokteran. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles dan orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Ibn Sina yang juga seorang filosof, berhasil me-nemukan sistem peredaran darah pada manusia. Karyanya adalah Al-Qanun fi Ath-Thib. Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi terkenal di bidang matematika yang menciptakan ilmu aljabar. Al-Mas’udi terkenal dalam bidang sejarah yang ahli geografi.[14]
6. Bidang Pembangunan Fisik : saluran air (kanal zibaidah), masjid, jalan, dll
C. MASA KEHANCURAN
Faktor intern :
1. Kemewahan hidup di kalangan penguasa
2. Perebutan kekuasaan antara keluarga (penngganti lemah)
3. Kemerosotan ekonomi
4. Konflik keagamaan
5. Wilayah yang terlalu luas
Faktor ekstern :
1. Persaingan antarbangsa
2. Ancaman dari luar : banyaknya pemberontakan, Bani Fatimiiyah (syiah) berdiri di Mesir, serangan dinasti mongil dipimpin Hulagu Khan, Baghdad rata dengan tanah dan berakhirlah masa dinasti Abbasiyah.[15]
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Bani Umayyah II berkuasa pada tahun 756-1031 M di Spanyol (Andalusia dan Kordoba). Didirikan oleh Abdurrahman ibn Marwan. Mencapai puncak kejayaan pada masa Abdurrahman an-Nashir (912-961 M) dan masih dipertahankan di bawah kepemimpinan Hakam II al-Mustanshir (961-976 M). Adanya toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi. Kemudian dinasti Umayyah mengalami kehancuran karena adanya konflik islam dengan kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, keterpencilan, dan kesulitan ekonominya.
2. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Berkuasa pada tahun 750-1258 M. Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang dimiliki Khalifah Harun Al-Rasyid digunakan untuk kepentingan sosial. Dinasti Abbasiyah mengalami kehancuran karena kemewahan hidup di kalangan penguasa, perebutan kekuasaan antara keluarga (pengganti lemah), kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan, dan wilayah yang terlalu luas.
Baca : Konsep Profesionalisme
DAFTAR PUSTAKA
Khoiriyah. 2014. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Teras
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Mahmudunnasir, Syed. 2005. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung; PT Remaja Rosdakarya
Yahya, Ismail. 2015. Metodologi Studi Islam Sejarah dan Metode Ilmu-Ilmu Keislaman di Masa Klasik. Surakarta: Fakultas Syari’ah
[1] Ismail Yahya, Metodologi Studi Islam Sejarah dan Metode Ilmu-Ilmu Keislaman di Masa Klasik, (Surakarta: Fakultas Syari’ah, 2015), hlm 17.
[2]Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras, 2014), hlm. 121-122.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), hlm. 100.
[4] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 101-102.
[5] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 102.
[6] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 103.
[7] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 104-105
[8] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 105-106.
[9] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 107-108.
[10] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 49.
[11] Mahmudunnasir,Syed. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005. Hal 209-211
[12] Badri Yatim, Sejarah... hlm. 50.
[13]Badri Yatim, Sejarah... hlm. 52
[14] Badri Yatim, Sejarah... hlm.56-58
[15] Khoiriyah, Reorientasi... hlm. 119.
0 Response to "Masa Keemasan Bani Umayyah dan Bani Abbasiah"
Post a Comment