DASAR – DASAR PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
A. Latar Belakang Masalah
Asumsi-asumsi yang melandasi program-program pendidikan seringkali tidak sejalan dengan konsep dan prinsip dasar pembelajaran. Dunia pendidikan, lebih khusus lagi dunia belajar, didekati dengan paradigma yang tidak mampu menggambarkan konsep dan prinsip dasar pembelajaran secara komprehensif.
Praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran sangat diwarnai oleh landasan teoritik dan konseptual yang tidak akurat. Pendidikan dan pembelajaran selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan perilaku keseragaman, dengan harapan akan menghasilkan keteraturan, ketertiban, dan kepastian (Degeng, 2000). Pembentukan ini dilakukan dengan kebijakan penyeragaman pada berbagai hal di sekolah. Paradigma pendidikan yang mengagungkan keseragaman ternyata telah berhasil mengajarkan anak-anak untuk mengabaikan keberagaman/perbedaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran ?
2. Apa pengertian dari Hakikat Belajar dan Pembelajaran ?
3. Bagaimanakah Proses Pembelajaran ?
4. Apa sajakah Prinsip – Prinsip Pembelajaran ?
5. Apakah yang termasuk dalam Asas-Asas Belajar?
6. Bagaimanakah Aktivitas Belajar/Keterlibatan Langsung?
7. Apakah yang dimaksud Pengulangan dan Latihan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Pembelajaran
2. Untuk mengetahui Pengertian Hakikat Belajar dan Pembelajaran
3. Untuk mengetahui Proses Pembelajaran
4. Untuk mengetahui Prinsip – Prinsip Pembelajaran
5. Untuk mengetahui yang termasuk dalam Asas-Asas Belajar
6. Untuk mengetahui Aktivitas Belajar/Keterlibatan Langsung
7. Untuk mengetahui yang dimaksud Pengulangan dan Latihan
Baca : Definisi Kompetensi
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran.
Dalam belajar ada yang dinamakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi agar terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga kemajuan belajar dapat dicapai dalam proses pembelajaran.
Setelah mengalami proses pembelajaran ada yang dinamakan hasil belajar sebagai suatu yang ditentukan oleh usaha sesorang dalam melaksanakan kegiatan belajar. Pada dasarnya, hasil belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Dan hasil belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam mencapai tujuannya baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam proses pembelajaran harus ada hal yang dapat dijadikan sebagai motivasi atau dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
B. Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang di sengaja yang di lakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana (1989:28), belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar menurut Gagne (1984), adalah suatu proses perubahan perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Beberapa pengertian belajar yang di pandang dari tujuan dan proses berbagai pengalaman diantaranya :
a. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang di mulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen.
c. Hasil belajar ditunjukan dengan aktivitas-aktifitas tingkah laku secara keseluruhan.
d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar yaitu:
1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat di amati orang lain akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai aktivitas siswa pikiran dan perasaan siswa sebagai contoh siswa bertanya ,menanggapi, menjawab pertanyaan, memecahkan persoalan, melaporkan hasil kerja,membuat rangkuman. Itu semua gejala yang tampak dari aktivitas mental dan emosional siswa
2. Perubahan perilaku
Hasil belajar akan tampak pada perubahan prilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya, pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan skap bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku sebagai hasil belajar di klasifikasikan menjadi tiga domain yaitu:
1) Kognitif
Kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis) dan mengevaluasi (evaluation).
2) Afektif
Afektif berkaitan dengan prilaku daya rasa atau emosional manusia.
3) Psikomotorik
Psikomotorik berkaitan dengan prilaku dan bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berintraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk ciptaan manusia (cultural). Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang / menantang siswa untuk belajar apalagi bagi siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang di perlukan untuk belajar siswa ini akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang efektif.
B.1. Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran, Pembelajaran adalah suatu upaya yang di lakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Definisi pembelajaran menurut para ahli :
Gagne dan Briggs (1979:3), Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Zaenal Aqib (2002:41). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari dengan mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik
Dengan arti lain bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar dengan mendapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama karena adanya usaha. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan, melainkan menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi jika dilaksanakan dengan pola dan bahan pembelajaran yang bervariasi.
Menurut Modhoifir (1987:30) pada garis besarnya ada tiga pola pembelajaran :
1. Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
2. Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pola pembelajaran ini guru sudah di bantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan menerangkan suatu pesan yang bersifat abstrak.
3. Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Jadi pola pembelajaran bergantian antara guru dan media interaksi dalam berintraksi dengan siswa.
Selain pola pembelajaran yang bervariasi, peran guru juga menentukan proses penyampaian pembelajaran. Menurut Adams & Dickey ( dalam Oemar hamalik, 2005 ), peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
c. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist)
d. Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Bahkan dalam arti luas , sekolah berubah fungsi menjadi penghubung antar ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka peran guru menjadi luas.
C. Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran siswa aktif (Learning how to learn) penyiapan sumber daya telah di atur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah.
Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran, sebagai berikut :
a. Kegiatan awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila di anggap perlu memberikan pre-test;
b. Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap sesuai dengan tujuan dan materi yang akan di sampaikan;
c. Kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila di anggap perlu.
Komponen – Komponen Pembelajaran
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses pembelajaran untuk mencapai suatu pembelajaran yang optimal. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan (Slameto, 2010). Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
1. Tujuan pendidikan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogamkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Demikian juga halnya dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatannya. Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti: bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Pendidikan menurut Dimyati, dkk (2009) yaitu :
1. Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan pendidik dan peserta didik dalam proses pengajaran;
2. Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada pendidik dan peserta didik;
3. Tujuan pendidikan memberikan pedoman dan petunjuk kepada pendidik dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi peserta didik;
4. Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan; dan
5. Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/ teknik penilaian pendidik terhadap hasil belajar peserta didik.
Ada bermacam - macam tujuan pendidikan menurut M. J. Langeveld (Siswoyo, 2007: 26), yaitu:
(1) Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan paling akhir dan merupakan keseluruhan/ kebulatan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Menurut Langeveld tujuan umum atau tujuan akhir, akhirnya adalah kedewasaan, yang salah asatu cirinya adalah tetap hidup dengan pribadi mandiri. Dan menurut Hoogveld (Soekarlan, 1969: 29) mendidik itu berarti membantu manusia agar mampu menunaikan tugas hidupnya secara berdiri sendiri.
(2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal. Misalnya usia, jenis kelamin, intelegensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.
(3) Tujuan tak lengkap
Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek kehidupan manusia.Misalnya aspek psikologis, biologis, sosiologis saja. Salah satu aspek psikologis misalnya hanya mengembangkan emosi dan pikiran saja.
(4) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja, sedangkan jika tujuan sementara sudah tercapai maka ditinggalkan dan diganti dengan tujuan yang lain. Misalnya: orang tua ingin agar anaknya berhenti merokok, dengan dikurangi uang sakunya. Kalau sudah tidak merokok, lalu ditingalkan dan diganti dengan tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang
(5) Tujuan Intermedier
Tujuan intermedier yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya: anak yang dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar klak ia mempunyai rasa tanggung jawab. Membiasakan mmbagi-bagi tugas pada anak satu dngan lainnya juga berarti melatih tanggung jawab dengan maksud agar kelak mereka memiliki rasa tanggung jawab.
(6) Tujuan Insidental
Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika atau spontan. Misalnya: pendidik menegur anak yang bermain kasar ketika bermain sepak bola. Selain itu, orang tua yang menegur anaknya untuk duduk dengan sopan.
Dalam bukunya, Djamarah (2010: 42) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) peserta didik yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan peserta didik dapat memahami dan mengamalkannya.
2. Peserta didik
Menurut Hamalik, (2004), peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen yang terpenting diantara kelompok lainnya. Pada dasarnya peserta didik adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Tanpa adanya peserta didik, pendidik tak akan mungkin mengajar. Sehingga peserta didik adalah komponen yang penting dalam hubungan proses belajar mengajar ini
Menurut J. Locke berpandangan bahwa jiwa anak bagaikan tabu rasa, sebuah meja lilin yang dapat ditulis dengan apa saja bagaimana keinginan si pendidik. Sedangkan menurut J.J. Rousseau memandang anak sebagai seseorang yang memiliki jiwa yang bersih dan karena lingkungan maka ia jadi kotor.
Berbeda dengan pandangan di atas maka menurut psikologi modern, anak adalah suatu organisme yang hidup, yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya, yang memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, dan masalah-masalah tertentu. Tujuan mengenal peserta didik dengan maksud agar pendidik dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Mengenal dan memahami peserta didik sangat penting agar pendidik dapat menentukan bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur belajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
3. Pendidik
Sebelum memulai tugasnya, pendidik harus terlebih dahulu mempelajari kurikulum dan memahami program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Hal – hal yang harus dipersiapkan pendidik setiap akan mengajar yaitu :
1) Membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Karena itu pendidik harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan tujuan mengajar, memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2) Memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai sumber
3) Memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga,
Dengan melaksanakan tugasnya, ia perlu mengadakan kerja sama dengan orang tua peserta didik, dengan badan-badan kemasyarakatan dan sekali-sekali membawa peserta didik mengunjungi objek-objek yang perlu diketahui peserta didik (Slameto, 2010). Selain itu pendidik memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Adams dan Dickey bahwa peran pendidik sesungguhnya sangat luas, meliputi:
a) Pendidik sebagai pengajar
Pendidik bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas.Dengan menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan. Selain itu pendidik harus berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya terhadap peserta didik melalui pengajaran yang diberikan.
b) Pendidik sebagai pembimbing
Pendidik berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal dirinya sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Pendidik perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar.
c) Pendidik sebagai pemimpin
Pendidik berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar peserta didik, dengan membuat rencana pengajaran bagi kelasnya; mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya; melakukan manajemen kelas; mengatur disiplin kelas secara demokratis. Pendidik juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi, ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.
d) Pendidik sebagai ilmuwan
Pendidik dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Pendidik bukan saja berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus-menerus memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya.
e) Pendidik sebagai pribadi
Sebagai pribadi, setiap pendidik harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didiknya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan agar pendidik dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.
f) Pendidik sebagai penghubung
Sekolah berdiri diantara dua kewajiban, yakni kewajiban untuk mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus berkembang, dan keajiban untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Di antara kedua kewajiban tersebut disinilah pendidik memegang peranannya sebagai pelaksana.
g) Pendidik sebagai pembaharu
Pendidik memegang peranan sebagai pembaharu, oleh karena melalui kegiatan pendidik penyampaian ilmu dan teknologi, contoh-contoh yang baik dan lain-lain maka akan menanamkan jiwa pembaruan di kalangan peserta didik.
h) Pendidik sebagai pembangunan
Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu. Pendidik baik secara pribadi dan professional dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat.
4. Kurikulum
Menurut Sujarwo (2012: 7) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana kegiatan pembelajaran yang berisi tujuan, materi pembelajaran, pembelajaran (metode/strategi), dan penilaian dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum dipandang sebagai semua pengalaman belajar yang diberikan pendidik kepada peserta didik selama mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan, atau segala usaha lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Materi pembelajaran di dalam kurikulum diartikan sebagai bahan yang hendak diajarkan kepada peserta didik, dengan kata lain materi pembelajaran merupakan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari peserta didik sesuai dengan standard kompetensi yang telah ditetapkan.
5. Strategi
Strategi dapat diartikan sebagai pokok-pokok yang menjadi acuan untuk bertindak mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi menjadi komponen pembelajaran yang memiliki arti suatu rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Sujarwo (2012: 7-8) strategi merupakan suatu penataan mengenai cara mengelola, mengorganisasi dan menyampaikan sejumlah materi pembelajaran untuk dapat mewujudkan tujuan pembelajaran, sedangkan pembelajaran merupakan pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Strategi pembelajaran dimaknai sebagai suatu strategi dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Dick, Carey & Carey (2003: 1) menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut :
1) kegiatan pra instruksional ;
2) penyajian informasi ;
3) partisipasi peserta didik ;
4) tes ; dan
5) tindak lanjut.
Strategi pembelajaran pada dasarnya harus menjadi kemampuan pendidik. Pendidik harus mampu merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang dirasa efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajarandengan melihat pada aspek kesesuian pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan acuan kurikulum dan keterlibatan peserta didik.
Baca : Pengantar Informatika
6. Media Pembelajaran
Media merupakan suatu alat, benda atau seperangkat komponen yang dapat digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan informasi, pesan ataupun suatu hal sehingga informasi atau pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan, yang pada intinya media berperan dalam mempermudah pekerjaan manusia. Menurut Gagne dan Briggs (Arsyad, 2011: 4-5) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset video, film, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Sujarwo (2012: 10) mengatakan bahwa media dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan peserta didik, sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik. Media pembelajaran meliputi; media cetak meliputi : gambar, sketsa, kartun, diagram, chart, grafik, poster, dan media elektronik meliputi : audio seperti: a) radio, tape, b) visual seperti: film, slide, film strip, film loop, epidioskop OHP, c) audio visual seperti: televisi, film suara. radio vision, slide suara, tape dan film suara.
7. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan dilakukan secara menyeluruh dengan tujuan penjaminan, pengendalian dan penetapan kualitas (nilai, makna dan arti) atas berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Menurut Sujarwo (2012: 10-11) evaluasi berasal dari bahasa Inggris yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Semua komponen dalam sistem pengajaran saling berhubungan dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pengajaran. Pada dasarnya, proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut.
D. Pengertian Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Prinsip – prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip – prinsip pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Prinsip – prinsip pembelajaran yang perlu diketahui adalah :
1. Perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memliliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan. Sedangkan Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut yang akan menimbulkan motivasi lebih tinggi dalam belajar. Selain itu motivasi merupakan salah satu tujuan dan alat dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik pada kegiatan intelektual dan estetik setelah kegiatan belajar dan mengajar berakhir. Sebagai alat motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
2. Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif seseorang dalam melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadikegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran.
3. Prinsip Keterlibatan Langsung / Pengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri terjun mengalami.
4. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1974-1949) tentang Law of Learning, yaitu “Law of effect, Law of exercise, and Law of readiness”
5. Prinsip Tantangan
Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.
6. Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab, diskusi,eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih rajin dan bersemangat.
7. Prinsip Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
E. Asas – Asas Belajar
a) Tujuan Belajar
Tujuan adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal.
Sehubungan dengan deskripsi tugas yang menjelaskan apa yang mereka harus lakukan, juga perlu dipertunjukkan/diberitahukan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa, setelah pembelajaran tersebut dilaksanakan. Hal ini perlu agar para siswa mengetahui tujuan daripada kegiatan itu. Misalnya mengapa penting dan bagaimana tujuan itu dapat membantu mereka. Para siswa akan melakukan kegiatan dan berperan serta lebih baik. Untuk itu guru perlu membangun dalam diri siswa predisposisi yang dapat menambah inklinasi belajar.
Asas ini paling efektif apabila diterapkan pada permulaan urutan pembelajaran. Cara pemberitahuannya tujuan kepada siswa memang juga krusihe teacher must be sincere and convicting in making introductory remarks about the purposes of the activity (Kourilsky., 1987, h. 15). Jika mungkin, hubungkan kegiatan dengan pribadi siswa, dan jelaskan bagaimana kegiatan itu berpengaruh positif terhadap mereka perolehan bila mereka berpartisipasi dalam pembelajaran itu.
Upaya yang mungkin dilakukan untuk mengarahkan perhatian siswa kepada tujuan pelajaran, antara lain sebagai benkut :
1). Bagi siswa yang berada pada tingkat lanjutan, dapat diberikan suatu tes nyata, lalu individu menerima umpan balikan, serta bantuan mengerjakan tes, dan melaksanakan diskusi kelompok kecil. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih siap berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran tersebut.
2) Bagi siswa tingkat SD, barangkali lebih efektif jika menggunakan situasi kehidupan nyata berdasarkan pengalaman siswa sendiri atau dari contoh media yang kemudian didiskusikan sehingga mereka lebih terarah pada pelajaran karena merasa jelas nilai pelajaran itu bagi mereka.
3). Mempertunjukkan nilai pelajaran itu bagi pribadi dan intelektual siswa, misalnya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, memperbaiki cara berkomunikasi, sehingga mereka lihat pentingnya pelajaran itu dan melakukan kegiatan sebagaimana mestinya.
b) Motivasi Belajar
Motivasi sering tumpang tindih dengan asas-asas belajar lainnya, namun demikian kita perlu mengenal konsep pokok (key concept) daripada motivasi kelas ini sebagai suatu asas belajar tersendiri.
Tafsiran tentang motivasi menurut pandangan lama, sering dianggap sama artinya dengan perhatian. Misalnya guru berupaya menarik perhatian siswa terhadap pokok yang akan diajarkan dengan cara tertentu, sehingga siswa tertarik minatnya untuk mempelajari bahan yang baru tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar dianggap telah tumbuhnya motivasi belajar siswa bersangkutan.
Motivasi dapat bersumber dan dalam diri siswa sendiri berdasarkan kebutuhan, dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. Motivasi ini disebut motivasi intrinsik. Motivasi belajar dapat juga tumbuh berkat rangsangan dan tekanan atau desakan dari luar, misalnya dengan hadiah, ganjaran, hukuman dan pemberian harapan lainnya, yang disebut motivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berdayaguna dalam melakukan proses belajar, kendatipun motivasi yang bersumber dari diri sendiri dinilai lebih baik.
Kendatipun demikian, motivasi ekstrinsik perlu digerakkan dan digunakan untuk mendorong kegiatan belajar siswa, dengan cara menciptakan kondisi-kondisi yang relevan.
Kondisi-kondisi kelas berikut mi dapat meningkatkan motivasi di dalam kelas: suasana lingkungan kelas, keterlibatan siswa secara langsung, mendorong keberhasilan, transfer dan retensi.
Suasana Lingkungan Kelas
Pada umumnya, siswa memberikan respons dan berperilaku baik jika guru bersifat menunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhi secara positif oleh guru yang bersemangat dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya. Guru juga perlu memberikan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan (comportable) dan menunjang (supportive), sehingga membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang positif.
Keterlibatan Langsung Siswa
Jika mata ajaran dalam kelas dihubungkan dengan kehidupan pribadi siswa dan minatnya, maka proses belajar biasanya lebih melibatkan dan memotivasi siswa. Karena itu guru hendaknya memilih topik pelajaran yang populer bagi para siswa, agar mereka secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Karena itu guru perlu sewaktu-waktu mengubah pelajaran yang diberikannya untuk mengakomodasikan minat dan daerah keterlibatan pribadi siswa.
Menjamin Keberhasilan
Umumnya siswa akan memberikan respons yang positif bila mereka mengalami keberhasilan. Memang kadang-kadang ada siswa yang justru bekerja keras setelah mengalami kegagalan, namun umumnya motivasi belajar lebih meningkat berkat tumbuhnya rasa keberhasilan. Karena itu, guru hendaknya berupaya sebanyak mungkin memberikan kesempatan berhasil kepada siswa sepanjang urutan belajar.
Untuk itu, guru dituntut memberikan penguatan ekstra (extra reinforcement) dan bimbingan, agar supaya siswa mau belajar lebih keras dengan penuh perhatian melaksanakan tugas-tugas belajarnya.
C) Umpan Balik Hasil Belajar
Asas Pengetahuan tentang hasil kadang-kadang disebut "Umpan Balik Pembelajaran", yang menunjuk pada sambutan yang cepat dan tepat terhadap siswa agar mereka mengetahui bagaimana mereka sedang bekerja. Lebih cepat siswa mendapat informasi balikan tentunya lebih baik, sehingga informasi salah segera dapat diperbaiki melalui kegiatan belajar berikutnya.
Guru dapat memberikan umpan balik ini dengan berbagai cara, seperti : mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban silih berganti, antara guru dan para siswa, pertukaran dan mengoreksi karangan-karangan di dalam kelas, memeriksa karangan oleh seorang volenteer kelas, atau mengecek dan mengomentari langsung di tempat (on the spot) oleh guru sambil berkeliling dalam kelas. Nada bahasa atau ucapan guru mengkomunikasikan pengetahuan tentang hasil yang dicapai oleh siswa juga sangat penting. Semangat keterbukaan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan suasana ajakan dan dukungan akan mendorong siswa untuk mencari sendiri umpan balik. Bila prinsip ini dilaksanakan secara konsisten dan terus-menerus, maka dapat memperbaiki prestasi belajar siswa serta sikap mereka.
Beberapa contoh pelaksanaan asas pengetahuan tentang hasil di dalam kelas, antara lain :
1). Kelompok baca, para siswa membaca sebuah cerita dalam hati. Kemudian siswa menceritakan kembali bagian-bagian penting dari cerita itu secara berurutan, sedangkan lainnya mendengarkan dan melakukan koreksi, ini dilakukan secara bergiliran.
2). Guru menjelaskan hasil-hasil tes bentuk esay kepada kelas, dengan mengklasifikasikannya menjadi kelompok baik, sedang, dan kurang, dan kemudian mendiskusikannya dengan para siswa pada hari berikutnya.
D) Transfer Hasil Belajar
Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam inasyarakat.
Tentang transfer hasil belajar, kita setidak-tidaknya akan menemukan 3 teori, yaitu :
1). Teori disiplin formal (The formal discipline theory)
Teori ini menyatakan, bahwa sikap, pertimbangan, ingatan, imajinasi, dan sebagainya dapat diperkuat melalui latihan-latihan akademis. Mata pelajaran-mata pelajaran seperti geometri, bahasa latin sangat penting dalam melatih daya pikir seseorang. Demikian pula halnya dengan daya pikir kritis, ingatan, pengalaman, pengamatan, dan sebagainya dapat dikembangkan melalui latihan-latihan akademis.
2). Teori unsur-unsur yang identik (The identical elements theory) Transfer terjadi apabila di antara dua situasi atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan (identik). Latihan di dalam satu situasi mempengaruhi perbuatan, tingkah laku dalam situasi yang lainnya. Teori ini banyak digunakan dalam kursus latihan jabatan, di mana kepada siswa diberikan respons-respons yang diharapkan diterapkan dalam situasi kehidupan yang sebenarnya. Para ahli psikologi, banyak menekankan kepada persepsi para siswa terhadap unsur-unsur yang identik ini.
3). Teori generalisasi (The generalization theory)
Teori ini merupakan revisi terhadap teori unsur-unsur yang identik. Tetapi generalisasi menekankan kepada kompleksitas dari apa yang dipelajari. Internalisasi daripada pengertian-pengertian, keterampilan, sikap-sikap dan apresiasi dapat mempengaruhi kelakuan seseorang. Teori ini menekankan kepada pembentukan pengertian (concept formation) yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman lain. Transfer terjadi apabila siswa menguasai pengertian-pengertian umum untuk kesimpulan-kesimpulan umum.
E. Ativitas Belajar/Keterlibatan Langsung
Siswa (peserta didik) adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan/pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu.
Siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat pemuasan, dan oleh karenanya menimbulkan dorongan berbuat/tindakan tertentu. Tiap saat kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah, sehingga varietasnya menjadi bertambah besar. Dengan sendirinya perbuatan itu pun menjadi banyak macam ragamnya.
Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Jenis-jenis Aktivitas
Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut :
a. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental .- merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat tumpang tindih (Burton, 1952, h. 436).
Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran
Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain :
1). Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2). Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3). Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4). Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5). Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6). Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7). Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
8). Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Pembelajaran
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni:
1) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.
2). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata, survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, berproyek, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dengan metode manusia sumber/ nara sumber dan pengajar tamu (guest lecture), dan pelatih luar.
3). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.
F. Pengulangan dan Latihan
Pengertian latihan dalam hubungan mengajar dan belajar adalah suatu tindakan/perbuatan pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil belajar. Pemantapan itu diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai upaya perluasan. Sedangkan hasil belajar diartikan meliputi semua aspek tingkah laku. Latihan dapat merupakan proses individual dan dapat pula merupakan proses kelompok.
Manfaat Latihan dalam Pembelajaran
Latihan bermanfaat dalam proses pembelajaran, karena:
1). Latihan memberikan pengalaman pendidikan bagi para siswa.
2). Latihan dapat memantapkan hasil belajar, penguasaan aspek-aspek perubahan tingkah laku siswa, seperti : kebiasaan, keterampilan, sikap, pengertian, penghargaan, dan lain-lain.
3). Latihan berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi baik secara individual maupun secara berkelompok.
4). Latihan penting, artinya untuk kehidupan sehari-hari bagi para siswa, misal : Transfer belajar.
5). Latihan membantu cara pembelajaran yang lebih efektif, seperti mengingat (memorization), meniru dan otomatisasi jawaban-jawaban.
6). Latihan dapat mendorong dan memperluas motivasi belajar para siswa. Manfaat tersebut menggambarkan bahwa asas latihan dalam pembelajaran sangat esensial bagi tercapainya hasil belajar.
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Ulangan dan Latihan
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar latihan efektif
1). Lingkungan belajar besar pengaruhnya dalam latihan. Lingkungan terdiri dari : lingkungan kelas, sekolah, keluarga dan masyarakat.
2). Latihan harus fungsional, artinya berfungsi bagi diri siswa itu sebabnya latihan harus menarik minatnya. Memang sering ada pelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa. Untuk itu hendaknya siswa harus dilatih dulu dengan hal-hal yang berdekatan.
3). Latihan dilaksanakan secara sistematis. Latihan dilakukan berdasarkan rencana yang teliti dengan urutan yang tersusun baik. Latihan itu terpusat pada minat siswa, ditujukan untuk menguasai kecakapan-kecakapan tertentu dengan pimpinan guru. Contohnya : belajar membaca, mula-mula guru menerangkan kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya menunjukkan gambargambar, seterusnya memberikan kalimat-kalimat ilustrasi mengarahkan perhatian siswa terhadap bagian-bagian yang berlainan dan sulit memperhatikan makna bentuk ucapan kesempatan mempergunakannya dalam berbicara akhimya menulis setiap kata baru.
4). Latihan dilaksanakan tepat pada waktunya. Latihan akan berhasil baik, bila dilaksanakan dalam saat yang tepat artinya tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlambat. Kalau para siswa telah memahami hal-hal yang telah dijelaskan oleh guru, misalnya tentang cara memecahkan soal hitungan, baru kemudian diberikan sejumlah soal sebagai latihan. Dengan kata lain, latihan diberikan setelah siswa memahami dengan benar sesuatu bahan, lalu dilaksanakan latihan untuk mencapai kecepatan.
5). Efektivitas suatu latihan bergantung pada banyaknya bahan. Bahan yang terlalu banyak memerlukan waktu lama. Bila bahan itu tidak bermakna maka waktu yang diperlukan untuk latihan juga akan lebih lama. Sebaliknya, kalau bahan yang dipelajari tidak terlalu banyak dan juga merupakan bahan-bahan yang bermakna, maka waktu latihan akan berkurang, dan hasil latihan akan lebih baik.
6). Distribusi latihan mempengaruhi keefektifan program latihan. Distribusi latihan ada 2 jenis : massed practice dan distributed practice. Jenis distribusi mana yang dilakukan tergantung pada kondisi tertentu. Pada massed practice, waktu istirahat lebih pendek agar supaya tidak lupa dan melelahkan, oleh karena latihan demikian memerlukan jangka waktu yang lama, seperti : dalam pengajaran unitek. Latihan-latihan yang fungsional dan sistematis untuk memperoleh kecakapan-kecakapan yang bertalian dengan unitek tersebut sebaiknya digunakan distributed practice, di mana waktu istirahat lebih lama dan periode latihan itu dalam jangka pendek.
Upaya Pendayagunaan Latihan dalam Pembelajaran
Ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sesuai dengan teori belajar. Bentuk/teknik/prosedur tersebut hampir sama artinya :
1). Repetition (ulangan). Ulangan berarti mengulang suatu perbuatan berkali-kali dan ini sudah biasa dilakukan orang sejak kecil sampai dewasa bahkan seumur hidupnya. la selalu suka mengulang perbuatan-perbuatannya. Dari segi pendidikan, berbuat mengulang berkali-kali belum tentu mencapai tujuan tertentu. Ulangan yang dikategorikan sebagai latihan ialah apabila ulangan itu merupakan suatu usaha dalam rangka latihan dengan tujuan memperteguh atau memperkuat penguasaan hasil belajar. Dengan demikian hasil belajar itu menjadi miliknya dan bermanfaat bagi hidupnya.
2). Latihan otomatisasi (drill). Drill atau sering juga disebut repetitive drill method, adalah upaya untuk memantapkan keterampilan-keterampilan otomatis atau asosiasi yang telah diperoleh.
3). Review atau Reteaching. Cara ini adalah untuk mengajarkan kembali atau mempelajari kembali bahan-bahan yang telah diajarkan dengan maksud memperoleh pemahaman, memperluas atau memperdalam dan memperjelas hal-hal tersebut. Bila siswa melihat terdapat kesamaan antara unsur-unsur dalam situasi semula dengan situasi waktu diadakannya review, maka akan terjadi transfer belajar. Dalam hal ini, review merupakan teknik membimbing siswa untuk menerapkan hasil belajar ke situasi yang baru.
4). Practice. Suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa bila telah mengalami proses latihan (practice). Latihan adalah paling esensial dalam kondisi belajar. Practice is approriate whenever a more or less fixed pattern of automatic response is needed (Hoover, 1966, h. 390). Latihan tidak memerlukan ulangan yang betul-betul sama, misalnya belajar mengetik, menyetir mobil, dan sebagainya.
5). Review dan Practice. Kedua prosedur ini sama pentingnya dalam proses pembelajaran, kendatipun terdapat kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya, kedua teknik merupakan keharusan belajar dalam kelas, practice merupakan aspek yang penting dari review, sedangkan review menggunakan practice sebagai jalan ke pemecahan masalah. Tujuan utama practice ialah untuk memperbaiki belajar. Tujuan utama review adalah untuk memperluas belajar. Perbedaannya ialah practice bersifat efektif dalam pengajaran keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan, bahkan merupakan suatu proses individualisasi. Review bersifat efektif untuk menumbuhkan pengertian, sikap, apresiasi dan terutama merupakan suatu proses pertimbangan kelompok.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal yang harus disadari saat ini adalah pentingnya belajar konsep tentang sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategori-kategori yang kita berikan dari stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir individu.
Konsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan aturan yang relevan, dan hal-hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan oleh individu.
Pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara pe belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan pendidik, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri.
Di dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen sebagai berikut : tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik , bahan atau materi pelajaran, pendekatan dan metode, media atau alat, sumber belajar serta, evaluasi. Semua komponen tersebut saling terkait atau berhubungan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Komponen-komponen pembelajaran tersebut sebagai suatu sistem yang utuh dan saling mendukung satu sama lain.
0 Response to "Dasar-dasar Pembelajaran di Sekolah"
Post a Comment