HAKIKAT, CIRI, DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa. Berdasarkan hal tersebut maka dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan, dimana dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik guna mewujudkan tujuan pembelajaran itu sendiri. Belajar mengajar mempunyai hakikat, ciri, dan komponen.
Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus dilakukan suatu perencana yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah satu penerapan strategi pemnbelajaran di antara strategi-strategi pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta didik. Perbedaan tersebut pun telah menggeser paradigma pendidikan, yang semula guru sebagai pusat kepada siswa sebagai pusat. Kegiatan pendidikan yang semula lebih berorientasi pada mengajar telah berpindah konsep menjadi pembelajaran.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ketujuan.disini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik.
Baca : Guru Berprestasi
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan mengajar. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.tujuan pengajaran tentu saja akan tercapai jika anaak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat disusun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat didalam pembelajaran?
2. Apa saja ciri-ciri pembelajaran ?
3. Bagaiman komponen-komponen dalam pembelajaran ?
PEMBAHASAN
A. Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kej iwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah "perubahan"yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhimya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadimya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan terlalu banyak mengharapan bantuan dari orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku tertentu.
Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pengajaran.
Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik.
Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan, dan di mana adalah serentetan pertanyaan yang perlu dijawab dalam hubungannya dengan masalah pengelolaan kelas. Peranan guru itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anak didik. Setiap kali guru masuk kelas selalu dituntut untuk mengelola kelas hingga berakhimya kegiatan belajar mengajar. Jadi, masalah pengaturan kelas ini tidak akan pemah sepi dari kegiatan guru. Semua kegiatan itu guru lakukan tidak lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan belajar anak didik.[1]
Banyak definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendiikan Bermutu (2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
2. Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif (2002), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada kenyataanya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperoleh. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang anak mendapatkan hasil tes yang bagus tidak bisa dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya itu didapat dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil mencontek.
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. (Nana Sudjana,1991).[2]
B. Ciri-ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.lnilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-Iangkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu kegiatannya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati; dan begitu seterusnya.
Baca : Konsep Psikologi Pendidikan
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkahyang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajar tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yangtidak bisa ditinggalkan.Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8. Evaluasi. Dari seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.[3]
C. Komponen-komponen Belajar Mengajar
Kegiatan belajar-mengajar sebagai suatu sistem, mengandung sejumlah komponen yang meliputi : tujuan, bahan pembelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, media atau alat peraga, sumber dan evaluasi. Untuk lebih memahami masing-masing komponen, ikuti penjelasan berikut ini:
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalma pelaksanaan suaytu kegiatan. Tujuan dalm proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah ia menyelesaikan pengalamn dan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran. Isi tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.
2. Bahan Pembelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar-mengajar. Tanpa bahan pelajaran, proses belajar-mengajar tidak akan berjalan; karena itu guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik.
3. Kegiatan Belajar-Mengajar
Kegiatan belajar-mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan yang berlangsung di kelas atau di luar kelas. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Dalam belajar-mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksud agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual, sebab pesrta didik setiap individu memiliki perbedaan.
4. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode diperlukan oleh guru guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Seoarang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tanpa menguasai satupu metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh para ahli psikologi dan pendidikan.
5. Media / Alat
Yang dimaksud media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung usaha-usaha pelaksanaan proses belajar-mengajar yang menjurus kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran atau alat bantu mengajar merupakan bagian dari teknologi, yang pada umumnya berupa alat-alat yang dapat dipergunakan lewat indra mata dan telinga; oleh karena itu alat-alat tersebut disebut alat alat-alat dengar pandang. Adapun fungsi media pembelajaran antara lain :
a. Dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa dan kemudahan mengajar bagi guru.
b. Melalui alat bantu, pembelajaran konsep/tema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk konkret.
c. Jalannya pelajaran tidak membosankan dan tidak monoton.
d. Lebih dapat menarik perhatian siswa dan minat siswa.
6. Sumber Pembelajaran
Sumber belajar adalah bahan atau meteri untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi peserta didik. Sebab belajar pada hakikatnya dalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan).
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali dan terdapat dimana-mana, di sekolah, di halaman, di pedesaan, di pusat kota dan lain-lain.
Menurut Roestiyah (1991) sumber belajar adalah sebagai berikut:
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat).
b. Perpustakaan (buku, jurnal, hasil penelitian).
c. Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset).
d. Media massa (majalah, surat kabar, radio, TV).
e. Museum (tempat penyimpana benda-benda kuno).
f. Lingkungan alam sekitar.
Menurut Winataputra (1996) menyatakan bahwa sekurang-kurangnya terdapat lima macam sumber belajar, yakni:
a. Manusia.
b. Buku/Perpustakaan.
c. Media massa.
d. Alam lingkungan:
Ø Alam lingkungan terbuka.
Ø Alam lingkungan manusia.
Ø Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah.
e. Media pendidikan.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku Essential of Educational Evaluational karya Edwin Wand dan Gerald W. Brown (1973) dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu[4]
Baca : Ketrampilan Dasar Guru
KESIMPULAN
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan edukatif yang mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Dan interaksi tersebut dikarenakan adanya belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat mengajar sebagai suatu “proses pengaturan” yang dilakukan oleh guru. Menurut Edi Suardi ciri belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembanagan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5. Dalam kegiatan balajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan balajar mengajar membutuhkan kedisiplinan.
7. Ada batas waktu.
8. Evaluasi
Komponen – komponen belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
2. Bahan Pelajaran
3. Kegiatan Belajar Mengajar
4. Metode
5. Alat
6. Sumber Pelajaran
7. Evaluasi
[1] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 38-39
[2] Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal. 5-8
[3] Ibid, hal. 39-41
[4] Nunuk Sauryani & Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Ombak, 2012) hal. 39-46
0 Response to "Hakikat, Ciri dan Komponen Belajar Mengajar"
Post a Comment