Anak Berkecerdasan Tinggi


ANAK BERKECERDASAN TINGGI 


PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

Banyak orang menyadari bahwa individu yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi adalah individu-individu yang memiliki nilai IQ yang tinggi. Karakteristik yang telah di buat oleh para ahli sebagai faktor dasar dalam konsep inteligensi tinggi yaitu secara umum dikatakan bahwa individu yang memiliki inteligensi tinggi, memiliki kemampuan yang tinggi pula pada ketiga aspek yaitu; (1) Kemampuan memecahkan masalah, (2) Kemampuan verbal baik, (3) Kemampuan praktis yang baik. Ketiga komponen tadi didapat melalui pengaruh faktor bawaan maupun faktor belajar.[1]

Menurut Cattle dan Wechler, individu dikatakan cerdas adalah individu yang memiliki skor IQ 110 ke atas. Cattle mengukur tentang inteligensi yang dipengaruhi oleh faktor bawaan, sedangkan Wechler mengukur inteligensi secara umum yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman belajar seseorang.[2] Dari pengalaman ilmiah Cattle dan Wechler ini membuktikan bahwa intelegensi seseorang sangat erat dipengaruhi dua faktor penting, yakni faktor bawaan sejak lahir, dan faktor luar yang diperoleh dari belajar di dalam ruang-ruang pendidikan (pendidikan formal dan pendidikan informal).

Pada dasarnya semua anak yang terlahir di dunia memiliki keistimewaan dan kecerdasan sendiri-sendiri. Hal ini juga berlaku bagi orang tua si anak yang telah melahirkannya. Setiap orang tua pasti menilai bahwa anaknya memiliki kecerdasan yang baik. Ini setidaknya dibuktikan bahwa setiap hari mereka melihat hari demi hari ada saja perkembangan kemampuan yang dimiliki anak. Baik anak dalam berperilaku berbicara, menggambar, bernyanyi, atau mungkin anak-anak semakin hari pintar dalam mengoperasikan komputer dan HP Smartphonenya. Tetapi dalam konteks ini, penulis mencoba menguraikan makna intelegensi dan kejeniusan anak menurut mayoritas ilmuan. Karena di dalam ilmu Psikologi, anak ketika umur 2 sampai 4 tahun sudah bisa diketahui tanda-tanda apakah anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan tinggi atau tidak. Dengan karya ilmiah ini, maka akan dieksplorasi tentang perkembangan anak berkecerdasan tinggi.

Baca : Dasar-dasar Pembelajaran di Sekolah

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik menjadi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian kecerdasan inletektual (IQ)?

2. Bagaimana karakteristik anak yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi?

3. Bagaimana faktor yang mempengaruhi perkembangan anak berkecerdasan tinggi?


C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagaimana berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan inletektual (IQ);

2. Untuk memahami karakteristik anak yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi;

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan anak berkecerdasan tinggi.


D. Manfaat Penulisan

Penulisan di dalam makalah ini memiliki beberapa manfaat sebagaimana berikut:

1. Menjadi sumber informasi bagi kalangan akademisi dalam memahami secara lebih detail tentang anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi;

2. Berguna bagi peneliti dalam memahami materi dan disiplin ilmu di dalamnya yang dilakukan oleh para ilmuwan dan psikolog dalam menemukan teori tentang anak berkecerdasan tinggi dan bisa diimplementasikan dan dianalisa oleh civitas akademika di Indonesia. Sehingga karya ilmiah tersebut mampu dimanfaatkan dalam melihat dinamika perkembangan anak, khususnya dalam konteks anak-anak yang berkecerdasan tinggi;

3. Penelitian ini juga berguna bagi semua kalangan sebagai sebuah informasi atau literatur tambahan dalam memahami penelitian yang sama ke depannya.


PEMBAHASAN 

A. Pengertian Kecerdasan Intelektual (Intelligence Qoutiont/IQ)

Kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.[3]

Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.[4]

Menurut Gardner, kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan dan kemampuan untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai budaya.[5] Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient) diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1912 oleh seorang ahli psikologi dari Jerman yaitu William Stern. Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat inteligensi adalah menerjemahkan hasil tes inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang jika dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma.[6]

Intelegensi berkorelasi positif dengan prestasi belajar. Salah satu konsep yang pernah dirumuskan oleh para ahli bahwa keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari dalam maupun dari luar diri. Faktor dari dalam terdiri dari fisik, yakni: panca indra, kondisi fisik umum. Psikologis variable non kognitif, yakni: minat, motivasi, kepribadian. Psikologis kemampuan kognitif, yakni: bakat, inteligensi. Sedangkan faktor eksternal, fisik, yakni: kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar. Sosial, yakni: dukungan sosial dan pengaruh budaya.[7]

Anak-anak yang memiliki inteligensi tinggi diharapkan akan dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Salah satu definisi inteligensi memang menyebutkan bahwa inteligensi, antara lain merupakan kemampuan untuk belajar. Begitu juga kemudahan dalam belajar disebabkan oleh tingkat inteligensi yang tinggi yang terbentuk oleh ikatan-ikatan syaraf (neural bonds) antara stimulus dan respon yang mendapat penguatan.

Berkebalikan dengan mereka yang meiliki inteligensi tinggi. Mereka yang memiliki inteligensi rendah akan mengalami keterlambatan dalam belajar (slow learner). Dalam dunia pendidikan mengetahui IQ berimplikasi sangat penting dalam memberikan perlakuan yang berbeda pada masing-masing kemampuan anak secara adil dan bijaksana. Anak yang memiliki inteligensi rendah sehingga kemampuan belajarnya sangat terbatas memerlukan program khusus yang memungkinkan mereka belajar dengan beban dan kecepatan yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. begitu pula sebaliknya dengan mereka yang memiliki IQ yang tinggi juga diberikan program khusus untuk memungkinkan mereka mengembangkan segenap potensi berlebih yang mereka miliki.[8]

Baca : Konsep Profesionalisme

B. Karakteristik Anak Berkecerdasan Tinggi

Menurut Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Universitas Harvard, menyatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, diantaranya adalah:

1. Kecerdasan Linguistik

Orang yang memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca, dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika orang memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok adalah jurnalis, penyair, atau pengacara. Gardner menambahkan bahwa kecerdasan dapat berkembang tanpa bergantung pada masukan indera tertentu maupun keluarannya.[9]

2. Kecerdasan Matematik atau Logika

Tipe kecerdasan ini adalah orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.

3. Kecerdasan Spasial

Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas. Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer, desainer, pilot, atau insinyur.

4. Kecerdasan Kinetik dan Jasmani

Orang tipe ini mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.

5. Kecerdasan Musikal

Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu, peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.

Gunawan memandang kecerdasan musik sebagai ”kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik”. Secara umum kecerdasan musik meliputi empat kemampuan yaitu kemampuan untuk mempersepsi musik (seperti pada penikmat musik), membedakan musik (seperti pada kritikus musik), mengubah musik (seperti pada komposer musik) serta mengekspresikan musik (seperti pada penyanyi).[10]

6. Kecerdasan Interpersonal

Orang tipe ini biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik, menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain networker, negosiator, atau guru.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Orang tipe ini memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung cuek, sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.

8. Kecerdasan Naturalis

Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku hewan, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.[11]

Di Indonesia, identifikasi anak berbakat mulai menjadi perhatian. Berdasarkan data yang diperoleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2006, terdapat 52.989.800 anak usia sekolah. Jumlah anak cerdas berbakat di Indonesia mencapai 1,05 juta anak atau 2,2% dari jumlah anak usia sekolah. Banyak dari anak cerdas di Indonesia mendapatkan program khusus dalam pendidikan dalam bentuk program akselerasi.[12]

Orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup tinggi tidak hanya dapat dilihat dari jumlah skor tes IQ. Namun, dapat terlihat juga dari isi aspek yang diukur dalam tes tersebut. Misalnya Wechler dalam penyusunan tes WAIS mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi secara umum adalah mereka yang:

1. Memiliki kemampuan verbal yang baik.

2. Memiliki pengetahuan umum yang luas.

3. Memiliki pemahaman yang tinggi akan teks.

4. Memiliki kemampuan aritmatik yang baik.

5. Memiliki kemampuan pengabstraksian fikiran yang baik.

6. Memiliki kemampuan mengingat yang tinggi.

7. Memiliki banyak kosa kata.

8. Memiliki kemampuan visual motorik yang terkoordinasi baik.

9. Menyukai akan detail.

10. Memiliki kemampuan perencanaan yang baik.

11. Memiliki kemampuan alasan non verbal.

12. Memiliki kemampuan analisis hubungan dari bagian- bagian dari suatu yang berhubungan satu sama lain.[13]


C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Berkecerdasan Tinggi

Inteligensi dipengaruhi oleh interaksi antara faktor keturunan dan faktor lingkungan. faktor keturunan jelas gen dari kedua orangtua yang mewarisi berbagai karakter. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi inteligensi adalah melalui proses belajar, interaksi dengan dunia sekitar, interaksi anak dengan orangtua, pengaruh budaya mempengaruhi secara tidak langsung melalui standard dan norma sosial yang menjadi acuan individu berfikir dan bertingkah laku.

Dalam konteks lainnya, secara rinci terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yang memiliki kecerdasan, yaitu:

1. Faktor Bawaan atau Biologis

Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas

Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan

Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.

4. Faktor Kematangan

Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

5. Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.[14]

Sedangkan menurut Lusia Kus Ana dalam Kompas menyebutkan bahwa anak berusia 2-4 tahun mungkin saja merupakan anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi jika anak tersebut menunjukkan tanda-tanda berikut ini.

1. Memiliki talenta khusus, misalnya saja kemampuan artistik atau dalam hal angka. Misalnya saja, anak mampu menggambar sesuatu dengan sangat jelas atau bisa mengingat angka dengan mudah.

2. Mencapai tonggak perkembangan (milestone) lebih awal dibanding teman seusianya.

3. Kemampuan bahasa yang sangat baik, misalnya mampu berbicara dalam kalimat lengkap lebih awal dibanding teman sebayanya.

4. Punya rasa ingin tahu yang tinggi dan tak pernah bosan mengajukan pertanyaan.

5. Sangat aktif (meski bukan hiperaktif). Anak yang hiperaktif hanya memiliki rentang konsentrasi rendah, sementara anak yang berbakat mampu berkonsentrasi pada satu hal untuk waktu yang lama. Ia juga memiliki keinginan kuat pada hal yang menjadi ketertarikannya dan suka melakukan aktivitas sulit.

6. Memiliki imajinasi yang jelas. Anak berbakat seringkali menciptakan teman imajiner.

7. Mampu mengingat sesuatu dengan mudah dan menceritakan kembali apa yang anak tersebut pelajari dari buku, TV, atau film yang ditontonnya.[15]

Tanda-tanda anak berbakat lainnya mungkin agak sulit dilihat. Ada beberapa anak berbakat yang sudah menyadari mereka "berbeda" dari rekan sebayanya. Hal itu bisa membuat mereka merasa terasing dan juga menjadi sasaran bullying. Anak-anak yang jenius juga sering mengalami rasa frustrasi karena mereka mampu berpikir lebih cepat dibanding apa yang bisa mereka ekspresikan, baik secara verbal maupun fisik.[16]

Baca : Manajemen Kelas


KESIMPULAN 

A. Kesimpulan

Kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, dan sebagainya. Anak-anak yang memiliki inteligensi tinggi diharapkan akan dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Menurut Howard Gardner, ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, salah satu diantaranya adalah kecerdasan linguistik dan kecerdasan matematik atau logika. Menurut Wechler, orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi secara umum adalah mereka yang: Memiliki kemampuan verbal yang baik, memiliki pengetahuan umum yang luas, memiliki pemahaman yang tinggi akan teks, memiliki kemampuan aritmatik yang baik, memiliki kemampuan pengabstraksian fikiran yang baik dan seterusnya.

Sedangkan anak berusia 2-4 tahun yang memiliki kecerdasan yang tinggi dapat dilihat dari tanda-tanda berikut ini: 1). Memiliki talenta khusus, misalnya saja kemampuan artistik atau dalam hal angka, 2). Mencapai tonggak perkembangan lebih awal dibanding teman seusianya, 3). Dan seterunsnya. Anak-anak yang jenius juga sering mengalami rasa frustrasi karena mereka mampu berpikir lebih cepat dibanding apa yang bisa mereka ekspresikan.

B. Saran

1. Bagi pendidik dan calon pendidik, setelah memahami karya ilmiah ini sebaiknya terus memperdalam ilmu tentang psikologi perkembangan anak, khususnya dalam bidang anak-anak yang memiliki kecerdasan tinggi.

2. Bagi orang tua sendiri diperlukan pemahaman dan kesadaran bahwa setiap anak memiliki tingkat kecerdasan masing-masing, sehingga jika ada yang yang memiliki anak berkecerdasan tinggi, sebaiknya terus dipantau dan diawasi setiap sikap, sifat dan perkembangannya dari hari ke hari. 

Baca : Profesi Guru


DAFTAR PUSTAKA 

Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).

Ana, Lusia Kus, Tanda-Tanda Anak Punya Kecerdasan Tinggi, diakses dari www.kompas.com.

Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005).

Djaali, Psikologi Pendidikan, Cet.7 (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).

etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83246.

Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005).

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/834.

http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59561.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual.

S, Pien Supinah, Pengaruh Keterampilan Menyimak dan Intelligence Qoutient terhadap Prestasi Belajar Siswa, Jurnal Unisba dalam https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/.

Suparno, Paul, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004).

Redmond, Encarta Reference Librari Premium, (Washington: Microsoft Encarta, 2005).

W, Adi GunawaN, Petunjuk Praktis untuk Mencerdaskan Accelerated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006).


[1] Lihat http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59561. Diakses pada 12 April 2018 pukul 20.40 WIB.

[2] Ibid.

[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual. Diakses pada 13 April 2018 pukul 21.30 WIB.

[4] Redmond, Encarta Reference Librari Premium, (Washington: Microsoft Encarta, 2005).

[5] Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 81

[6] Lihat Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).

[7] Ibid.

[8] Lihat Pien Supinah S., Pengaruh Keterampilan Menyimak dan Intelligence Qoutient terhadap Prestasi Belajar Siswa, Jurnal Unisba dalam https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/. Diakses pada 13 April 2018 pukul 22.00 WIB.

[9] Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 26

[10] Adi Gunawan.W, Petunjuk Praktis untuk Mencerdaskan Accelerated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 235

[11] https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual Diakses pada 13 April 2018 pukul 23.30 WIB.

[12] Lihat etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83246 Diakses pada 20 April 2018 pukul 17.00 WIB.

[13] Lihat http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59561 Diakses pada 13 April 2018 pukul 23.00 WIB.

[14] Djaali, Psikologi Pendidikan, Cet.7 (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 74-76

[15] Lusia Kus Ana, Tanda-Tanda Anak Punya Kecerdasan Tinggi, diakses dari kompas.com pada 14 April 2018 pukul 06.20.

[16] Ibid.

0 Response to "Anak Berkecerdasan Tinggi"

Post a Comment